Selasa, 19 April 2011

Lentera Jiwa-ku

Berawal dari kerinduan saya mendengarkan lagu Lentera Jiwa yang dibawakan oleh Nugie, lalu saya berpikir tentang arti dari lagu ini. Apa sih yang ingin Nugie sampaikan dalam lagu ini? Yang saya tahu Nugie bukanlah musisi sembarangan yang asal membuat lirik dan dijadikan sebuah lagu, pasti ada makna dibalik lagu tersebut. Kemudian pencarian saya berlanjut ke Youtube, di sana saya menemukan video clip Nugie sendiri, saya terkesan dengan cerita dari video clip itu. Video clip tersebut menceritakan tentang pekerjaan atau profesi yang berkaitan dengan kegemaran, bukan hanya berkaitan dengan jurusan (dalam perkuliahan) yang sedang kita ambil. Apa yang kita gemari itu bisa menjadi mata pencaharian kita, profesi kita, begitulah yang saya tangkap dari makna video clip Nugie yang berjudul Lentera Jiwa di Youtube. Namun rasa penasaran saya akan pencarian makna “lentera jiwa” tidak berhenti sampai di situ, saya membuka link website yang Nugie tampilkan di akhir video, yaitu “lenterajiwa.com”.

Dalam tampilan home nugie mengatakan, “LENTERA JIWA adalah PASSION. Hal yang sangat kita sukai. Suatu pekerjaan atau kegiatan yang menimbulkan kepuasan tersendiri bagi kita, meski sering kali menguras waktu dan tenaga. Itulah LENTERA JIWA kita. Apakah kamu sudah menemukan LENTERA JIWA-mu?”. Saya pun berpikir, sudah atau belum ya? Ternyata pertanyaan itu membutuhkan kontemplasi, dan hasil dari kontemplasi saya, saya menjawab sudah. Saya siap menjadi pengajar jika saya lulus dari Fakultas Psikologi UKSW nanti. Bagaimana dengan mu?

Jumat, 15 April 2011

Keluarga

Papa dan Mama
Perjuangan mereka sangatlah menakjubkan bagiku, mereka adalah orang terhebat yang aku kenal selama aku hidup, karena merekalah hari ini aku ada. Mereka adalah pahlawan sejatiku. Aku bangga dengan cita-cita mereka, yang menginginkan generasi penerusnya lebih bahagia dari kehidupan mereka saat ini. Dari mereka aku belajar hidup sederhana, dengan falsafah hidup “makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”.

Mereka sangatlah kompak dalam mendidik anak-anaknya, dengan otoritas yang membebaskan aku (mungkin juga kakakku) untuk menggunakan seluruh kemampuanku dalam meraih masa depan. Karena kebebasan yang mereka berikan, aku belajar untuk bertanggung jawab atas hidupku. Mereka adalah pendukung sejatiku. Mereka menjadikan aku berharga sebagai harapan mereka. Ya, aku adalah harapan. Berjuang bukan lagi sebuah pilihan bagi ku, namun sebuah keputusan yang sudah aku ambil sejak aku mencintai mereka.

Kakak
Dahulu, aku dan kakakku adalah petarung yang tidak tangguh. Pertarungan antara aku dan kakakku sering terkesan tidak seimbang karena perbedaan fisik di antara kami, sehingga selalu berakhir dengan tangisan keras dari ku yang berharap bahwa orang lain akan segera menghukum kakakku karena telah membuat aku menangis. Aku memang selalu kalah dalam bertarung, namun ledakan kebencianku pernah membuatnya menangis dan pendarahan pada tangannya karena lemparanku berhasil menggores luka yang hebat, setelah itu aku merasa bersalah. Kakakku aku nobatkan sebagai orang “ternakal” hingga aku berusia 13 tahun. Entahlah apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Namun kondisi kanak-kanak seperti itu telah berubah total dari keadaan kami sekarang ini.

Nama kakakku, Bagus Pangestu Arie Bowo. Usianya tiga tahun lebih tua dari ku. Aku mulai mengaguminya sejak kami berhenti bertengkar di usiaku yang ke 15. Karena sejak aku lahir, reputasinya tidak terlalu baik sebagai seorang kakak di mataku. Namun ia berhasil mengubahnya dengan respons-respons cinta storge sebagai seorang kakak yang bertanggung jawab. Terlebih ketika aku memasuki masa kuliah, yang mengharuskan ku untuk pergi dari kota kami dibesarkan. Perubahan positif yang mampu mengubah reputasinya menjadi kakak yang hebat bagi ku.